GENDERANG TENGAH MALAM
GENDERANG TENGAH MALAM
Ada kalanya kita tunggang langgang
Berlarian setengah gila meski tetap bercerita
Memanggul senjata
Dan memuntahkan kegamangan
Begitu saja
Seperti riak air yang tertumpah
di pelupuk mata
Ada kalanya kita centang perenang
Berbisik tanpa makna namun tetap berisyarat
Menyebarkan bisa
Serta mengais kebohongan
Terus saja
Seperti gelombang merdu yang menggertak
di gendang telinga
Kawan,
Engkau pasti lelah dan hendak rebah
Namun engkau tahu
Aku masih menyimpan mimpi itu
Mempersiapkannya demi masa depan kita
Yang pernah kita perbincangkan bersama
Di tengah malam kalut dan carut marut
Kawan,
Aku hendak menyerah dan pasti susah
Namun aku tahu
Engkau masih menjaga nyala itu
Membakarnya untuk sesuatu yang kita tunggu
Dan pernah kita perdebatkan keteguhannya
Di tengah badai kabut dan sepi memagut
MENJADIKAN MIMPI
Jari jemari berkelit berkelindan
Merekam jejak menggores kuas keindahan
Meletupkan emosi peradaban
Berbusa-busa perkatan
Diantara desingan pemikiran
Kemasi semua yang telah terlewat
Mari berkelana selayak ibnu batuta
Di pagi buta mencari berita
Merebah di kala senja
Berdiam dalam malam pada sepertiganya
Labuhkan sejenak semua pedih
Usai itu tegak berdiri
Mari berlari mewujudkan mimpi
Dunia menari ingin dikelilingi
Takkan hanya berhenti sampai disini
##
Kedua puisi itu dibuat untuk orang-orang yang percaya pada kekuatan mimpi dan meyakininya akan terwujud suatu saat nanti. Penulis sendiri akhirnya bisa mewujudkan salah satu mimpinya untuk bisa melanjutkan kuliah di luar negeri meskipun penuh perjuangan serta penantian yang panjang. Ketika menulis puisi “Genderang Tengah Malam” penulis hampir saja putus asa dalam meraih mimpinya tersebut, terasa mustahil karena sepertinya tidak ada jalan. Namun kemudian dia diingatkan bayangan masa lalu ketika berdiskusi dengan temannya dan saling menguatkan dan berjanji bertemu di Eropa. Ingatan itu bak gendering yang membangkitkan orang-orang yang sedang bermimpi tengah malam untuk bangun dan mewujudkannya. Sedangkan “Menjadikan Mimpi” merupakan tulisan di awal-awal membangun mimpi kuliah di luar negeri, penulis ingin menjelajah ke berbagai daerah, berkunjung ke penjuru bumi. Dan kemudian mimpi itu mulai terwujud satu per satu.
Tentang Penulis
Ari Sentani,
adalah penggagas Demakreatif, sebuah gerakan untuk membangkitkan lagi semangat membangun Demak melalui ekonomi kreatif. Dia bermimpi untuk menjadikan Demak sebagai pusat peradaban dunia setara ketika kerajaan Demak mampu memiliki armada maritim kelas dunia. Telah menerbitkan kumpulan puisinya dalam bentuk buku yang berjudul “Asa di Langit Ke 7”. Alumni Unissula ini sekarang sedang menempuh program Master (S2) bidang Teknik Sipil di Universite de Nantes, Prancis.
Label: puisi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda