KURANGI RESIKO PIKUN DARI SEKARANG DENGAN MEMPERBANYAK AKTIVITAS SOSIAL
KURANGI RESIKO PIKUN
DARI SEKARANG DENGAN MEMPERBANYAK
AKTIVITAS SOSIAL
by Fahrizal
- DeMagz -
Dalam fase hidup
manusia, ada fase dimana manusia menjadi tua/lanjut usia (lansia). Fase
tersebut adalah fase yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Proses penuaan akan dialami oleh setiap manusia. Setiap lansia memiliki
impian untuk tetap sehat dan produktif di hari tua. Berbagai
upaya dilakukan agar tetap sehat dan tehindar dari berbagai macam penyakit.
Lanjut usia (Lansia)
adalah orang yang telah mencapai usia 60 Tahun ke atas yang mempunyai
hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
(UU RI Nomor 13, (1998). Jumlah lanjut usia di Indonesia mencapai 20,24
juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia
Tahun 2014 (BPS,2014) dalam Husmiati (2016). Sedangkan menurut UNDESA Population
Division (2013), pada Tahun 2014, sebanyak 868 juta penduduk berusia
60+ atau mencapai 12% seluruh penduduk dunia, dan pada Tahun 2050 yang
akan datang, ada dua milyar penduduk berusia 60+ atau 21% penduduk dunia.
Masih menurut UNDESA (2012), pada Tahun 1990, baru 107,000 orang berusia
100+ di seluruh dunia, namun pada Tahun 2050 diprediksi akan mencapai
3,4 juta orang berusia 100+ di dunia. Sementara itu 54% penduduk berusia
60 Tahun dan lebih adalah wanita, dan 46% laki-laki. Perbandingan lanjut
usia wanita dan laki yang berusia 80 Tahun atau lebih menunjukkan 62%
adalah wanita sementara 38% adalah laki-laki (UNDESA, 2013). Setiap
dua menit, seseorang di dunia mencapai usia 60 Tahun (UNDESA, 2013).
Lansia rawan
dengan berbagai penyakit yang timbul akibat dari proses penuaan. Akan
tetapi faktor psikologis juga sangat berpengaruh, depresi adalah salah
satu pengaruh timbulnya berbagai penyakit pada lansia. Merasa tidak
tahu apa-apa, disia-siakan, disampingkan oleh keluarga dan teman dekatnya.
Merasa seperti hidup sendiri dalam keramaian, sebatangkara tanpa adanya
pasangan hidup membuat hidup semakin serasa tak berguna. Salah satu
penyakit yang menimpa banyak lansia adalah demensia. Berdasarkan hasil diagnostic
and statistical manual of mental disorder (DSM-5) dan The classification
of mental and behavioural Disorders (ICD-10) jadi demensia dapat berarti
sebagai suatu ‘‘Loss of intelenctual abilities of sufficient severity
to interfere with social or accupational fuctioning. Deficits should
be multifaceted: memory, judgement, abstract, thinking...’’,
apabila Cox (2007) dalam Husmiati (2016) mengartikan demensia
sebagai bukan peyakit, melainkan sekumpulan simptom (gejala) yang berat
dan yang mempengaruhi kemampuan intelenktual yang menyebabkan fungsi
berpikir, mengingat dan pemikiran terganggu sehingga individu kesulitan
menjalani aktivitas kehidupan secara normal.
Aktivitas sosial
telah dibuktikan mampu memperlambat proses penuaan pada fungsi otak.
Dalam menjalin hubungan sosial, seseorang harus bisa berkomunikasi dengan
baik kepada orang lain. Di samping menyediakan lingkungan yang baik
yang mmenuntut daya kognitif, hubungan sosial juga dapat menjadi hal
yang bersifat positif bagi keluarga, kelompok, teman, masyarakat. Sisi
positif lain adalah dukungan sosial dari istri tercinta, anak, dan sahabat.
Penelitian yang
telah dilakukan oleh Bryan D. James dkk terhadap lansia sebanyak 2.812
selama 12 tahun menunjukkan bahwasannya lansia yang tidak adanya ikatan
sosial 2 kali lebih besar mengalami penurunan fungsi otak, jika dibandingkan
dengan lansia yang aktif mengikuti kegiatan sosial. Skala tersebut dinilai
berdasarkan indikator: kehadiran pasangan hidup, kontak dengan keluarga
atau teman, keikutsertaan dalam pelayanan agama, aktivitas dalam kegiatan
kelompok, dan aktivitas sosial rutin.
Dalam penelitiannya,
Bryan D. James dkk meneliti tentang hubungan antara aktivitas sosial
dan penurunan fungsi otak terhadap 1138 responden yang tidak demensia
dan berusia rerata 79 tahun, yang diikuti hingga 12 tahun. Hasilnya
menunjukkan bahwasannya proses punurunan fungsi otak dapat diperlambat
dengan adanya aktivitas sosial. Frekuensi aktivitas sosial dinilai berdasarkan
skala yang bertanya tentang seberapa seringkah responden mengkuti kegiatan
ke dalam enam jenis tipe aktivitas yang menyangkut aktivitas sosial:
(1) pergi ke restoran, acara olahraga ataupun bermain bingo; (2) wisata
harian; (3) acara sosial non-profit; (4) mengunjungi rumah kerabat ataupun
teman; (5) berpartisipasi dalam kelompok, seperti pusat lansia; (6)
menghadiri tempat ibadah atau pelayanan keagamaan.
Dari penelitian
yang dilakukan oleh Bryan D. James dkk dapat disimpulkan bahwasannya
aktivias sosial dapat menjadi kegiatan yang sangat bermanfaat bagi lansia
dan membuat mereka memiliki tujuan dalam hari-hari tua mereka. Aktivitas
sosial bisa menjadi sarana mereka untuk mengisi kekosongan, berbagi
cerita masa muda, memperlambat penurunan fungsi otak serta dapat mencegah
kepikukan yang beranjak ke demensia alzheimer. Dimana penyakit demensia
alzheimer membuat penuaan pada otak bertambah lebih cepat. Otak mengeriput
jauh lebih cepat. Struktur otak akan mengecil, fungsi otak-pun turut
menurun sehingga pada awalnya penderita alzheimer menjadi pelupa dan
pada akhirnya berpengaruh juga terhadap perilaku sehari-hari, bahkan
sampai berhalusinasi yang seolah-olah melihat sesuatu yang ‘‘tidak
nyata/ada’’.
Penyakit ini
membuat kita menjadi seolah-olah tidak tahu apa-apa, membuat kita jadi
tidak berdaya dan mengganggu aktivitas keseharian kita. Penyakit ini
juga membuat si penderita mengalami kebingungan mengingat hal-hal yang
hanya diketahuinya sendiri, seperti nomor pin ATM, sandi brangkas, sandi
akun pribadi, dll. Ia membuat orang lain kesal. Bagaimana tidak?, ia
menanyakan hal yang sama berulang kali, lupa jalan menuju pulang, mengompol
di celana saat tersesat menuju ke WC dan Kamar mandi yang padahal digunakan
setiap hari selama 45 tahun. Penderita penyakit alzheimer menjadi lupa
dengan anak-anak tercinta, istri-nya, tetangga-nya, dan teman-teman
seperjuangan. Ia merasa seperti hidup dalam keterasingan, sendirian,
takberdaya, dan tak tahu apa-apa. Dan ironinya penyakit ini belum ditemukan
obatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Turana Y. (2016).
Investasikan Oatk Anda! Agar Otak Tetap Sehat, Cerdas, & Produktif
Di Masa Depan. PT Gramedia pustaka utama, Jakarta.
Husmiati. (2016).
Dementia In The Elderly And Social Intervention. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI. Jakarta Timur.
Republik Indonesia.
(1998). Undang-Undang RI Nomor 13 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Population Ageing
and Development. (2012). Population Division. UNDESA.
Population Ageing
and Development. (2013). Population Division. UNDESA.
**
Untuk kerjasama dengan DeMagz
For reservation, review and any other collaboration, please do not hesitate to contact at 085701591957 (sms/wa)
DM twitter @DeMagz_
DM IG @vivademak https://www.instagram.com/vivademak/
inbox FB Page: https://www.facebook.com/demagz/
Line: diannafi57
Email: demagzcie@gmail.comLabel: Sports
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda