Selasa, 19 November 2019

So Close

SO CLOSE
Mau baca bagian lain dari Novel Sprint Master by dian nafi  juga?
Baca Bagian 1
Baca Bagian 2
Baca Bagian 3

Baca Bagian 4
Baca Bagian 5
Baca Bagian 6


Utk kedua kalinya di hari ini #sprintmaster menghampiri tim kami. Kali ini dia duduk lbh dekat, hanya satu lengan jaraknya dgku. Meski aku sdh berusaha keras menyembunyikan rasa senangku, tp tetap saja degup itu muncul begitu saja. Tiap kali mukanya menoleh ke arahku...
..tak bisa lagi aku menghindar dr bola mata legamnya yg memancarkan entah apa. Desir menderu, namun aku bisa menahan diri. Syukurlah tak kusandarkan kepalaku di bahunya hanya krn merasa dia mirip kamu. Mungkin krn tertangkap olehku bbrp bercak putih di pipinya,yg tak kamu miliki

Mungkin bekas terbakar atau sakit kulit. Dan lagi pipinya terlalu tirus shg tulang pipinya agak menonjol. Yang kuingat kamu lbh berisi, dan karenanya terlihat lbh segar. Berkali2 kami bersirobok pandang, dan bisa kulihat hangat wajahnya yg sesekali merunduk malu spt seorg gadis

hmm..apalagi yg mau dikonsultasikan. Utk kedua kalinya dlm sesi duduk mentoring one on one kali ini dia bertanya. Seolah dia tdk mau pergi dr tempatnya duduk skrg. Aku sampai memikir otak utk mencari pertanyaan demi menanggapi tawarannya. Sampai host event memanggil namanya utk....sgera beralih ke meja tim lain krn dia dibutuhkan di sana.
Lihatin prototype-nya utk aku cek ui ux nya. Salah seorg dari tim kami buru2 hendak mulai menuliskan link-nya, tp buru2 sprint master menyuruhnya berhenti. Ntar biar Di kirim ke wa-ku, katanya sambil menoleh ke arahku.

Dg santainya dia pergi ke tim lain dan membuat rekan2 tim-ku menoleh ke arahku dg tatapan yg tak bisa kuterjemahkan dg baik. Hadeuh.. Buru2 aku ambil ponsel, buka wa, cari namanya, dan meminta mrk mendiktekan link-nya. Kutulis dan pijit send. Tanpa pengantar, tanpa caption.



##

Pagi tadi Sprintmaster dtg2 langsung ke tim kami. That's called magnet?
#bootcamp
##


Final pitching serem banget. Juri tamunya galak, sprint master ikutan galak euy.
Tapi beberapa kali dia juga ngelawak euy di tengah-tengah penjurian.

##

Menutup hari kedua bootcamp
Kalau mau lanjutin, tdk perlu nunggu fase selanjutnya. Lolos gak lolos ke inkubasi, tetep lanjut. Wohooo, closing statement dr #sprintmaster menyemangati semua biar gak baper kalau gak lolos He3.



Label: , , , ,

Kamis, 14 November 2019

Iba Untuk Jonghyun SHINee



Dunia kembali dikejutkan dengan peristiwa bunuh diri artis Korea. Kali ini Jonghyun SHINee yang tiba-tiba ditemukan tewas setelah sebelumnya sempat berkirim pesan pada saudara perempuannya.
Semua orang pasti punya masalah. Kalau Ibuku bilang, tiap-tiap masing-masing, artinya tiap-tiap orang pasti punya masalahnya masing-masing. Hanya saja memang tingkat permasalahan maupun ketahanannya berbeda-beda.

Sudah menjadi tugas kita semua untuk memperhatikan juga orang-orang di sekitar kita, selain tentu saja menjaga kesehatan mental kita sendiri.
Aku sendiri pernah mengalaminya. Menjadi orang yang sedang rawan depresi lalu ada orang lain yang datang membantuku melewatinya. Dan pernah juga gantian menemani orang yang lainnya lagi dalam melampaui masa-masa depresinya.
Yang paling awal mungkin adalah penting bagi semua orang untuk menyadari apa yang tengah dia hadapi dan alami . Self awareness. Dan kemudian kesadaran untuk mencari solusi bagi masalahnya.

Ada yang salah nih dengan gue? Ada yang nggak pas nih dengan diri dan hidupku? Pernah nggak merasa seperti itu? Atau mungkin mendengar keluhan itu dari orang di sekitarmu?
Ada masa di mana kita merasa sangat berantakan dan membayangkan seandainya semua ini bisa di-undo, dibatalkan. Atau seandainya saja hidup kita bisa di-reset, diulang lagi. Sehingga yang berantakan itu jadi rapi, we scratch from zero. Kita mulai lagi dari nol. Mungkin nggak ya?
Kalau mungkin, gimana caranya?

Bagaimana cara menata ulang kehidupan kita yang amburadul menjadi lebih baik. Baik sebagai pribadi maupun bagian dari semesta yang lebih luas.

Pernahkah kita berpikir untuk menata ulang hidup ini? Jarang sekali orang-orang melakukan ini. Bukan tanpa alasan untuk melakukan hal ini. Ini ibaratkan, kita hidup dalam rumah, rumah yang berisi banyak barang dengan fungsi berbeda-beda pula. Bayangkan jika rumah itu berantakan , tentu saja hal ini akan membuat kita tidak nyaman, bahkan untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan di rumah akan menjadi sangat lambat.
Apalagi jika menambah barang baru dan orang-orang baru dalam rumah, tentu akan sangat merepotkan.

Nah, bagaimana jika kita membenahi segala sesuatunya dengan baik menurut tempat dan fungsinya masing-masing dan membuang barang-barang yang tak penting dan berguna. Dengan keadaan seperti ini tentu saja akan lebih mudah dan nyaman untuk pribadi kita dalam rumah.
Atau jika kita punya komputer. Kita pasti tidak asaing lagi dengan istilah defragment, yang fungsinya menyusun kembali file-file yang alamatnya berantakan. Mungkin kita sering menggunakan komputer yang cara kerjanya sangat lambat, dalam hal inilah kita perlu menggunakan defragmenting. Terbayangkan bagaimana file-file baru dan adanya file yang dihapus, membuat susunan alamatnya di hardisk tempat file-file disimpan menjadi bolong-bolong dan hal inilah penyebab kekacauan itu, sehingga menyebabkan alat pembaca dan penulis komputer menjadi sangat lambat karena harus mondar mandir.

Nah, bagaimana jika bagian file itu tidak berurutan, pasti akan sangat lambat bukan.
Dan jika telah di deframenting beban kerja komputer akan lebih ringan dan umur hardisk pun akan menjadi panjang.

Sebagaimana rumah dan komputer yang memerlukan tata ulang, hidup kita juga perlu ditata ulang.
Terkadang kita membiarkan hidup kita tidak terprogram dan mengatas namakan mengikuti takdir tanpa ada target dan tujuan berarti. Atau fokus pada hal-hal tertentu yang dirasa lebih penting sehingga mengabaikan hal-hal lain yang sebenarnya membuat hidup lebih berantakan.
Misalnya keuangan, terkadang beberapa orang tidak memikirkan hari depannya. Terlalu fokus mencari tabungan masa depan, mengabaikan kebahagiaan dan kepentingan pribadi yang lainnya, sehingga menyebabkan depresi. Adapula yang pada masa mudanya terlalu santai, berpikir “masih ada hari esok” hingga tak berbuat apa-apa untuk dirinya, tentu sikap seperti ini akan merusak pribadinya bahkan lingkungan sekitarnya. Dan ketika ada keperluan mendesak dia pontang-panting kesana-kemari, hal ini juga bisa memicu depresi.

Atau ada yang biasa hidup glamour bahkan terkadang lebih besar pasak dari tiang alias lebih besar pengeluaran dari pendapatan, apakah bisa nyaman dan tenang dengan keadaan ini. Mulai saat ini mari berpikir untuk hidup ini, agar kelak tak menyesal.
Apakah kita perlu menata ulang hidup atau setidaknya membenahi diri?


Untuk membantu teman-teman yang ingin menata ulang kehidupannya itulah buku How To Reset Your Life terbitan Grasindo ini ditulis.

Bisa dibeli di toko buku Gramedia.

Atau beli via toko-toko buku on line



EVENT RESET YOUR LIFE TERDEKAT
NOVEMBER 22, 2019
09.00-12.00 WIB
HTM: Rp 300.000

Hotel Amaris Pancoran Jakarta Selatan




TENTANG RESET COACHING


Kehidupan tidak akan maju jika tidak mau membuat perubahan atau menata ulang. Hidup diibaratkan seperti rumah dan komputer. Apa yang terjadi jika rumah dan komputer tidak pernah di atur ulang? Tentunya keadaan rumah akan kacau dan komputer akan menjadi sangat lambat. Begitupun dengan hidup. Kita perlu melakukan Atur Ulang agar hidup mempunyai arah tujuan dengan jelas. Oleh karena itu, dalam pelatihan ini akan membahas masalah yang ada diatas yaitu bagaimana menata ulang kehidupan yang amburadul menjadi lebih baik. Dalam konteks baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari semesta yang lebih luas.  Melalui Workshop ini, Anda akan dapat memindai permasalahan Anda, meredefinisi diri, dan menata kembali aspek-aspek kehidupan Anda seperti karir, asmara, dan kehidupan.

Workshop ini sesuai untuk Anda yang ingin mengatur ulang hidup Anda. Bagi Anda yang sedang memiliki masalah asmara, karir, bisnis, hubungan, kehidupan; Anda disarankan untuk mengikuti workshop ini. Materi yang akan Anda pelajari dalam Workshop ini adalah:
1. Memindai Akar Masalah Diri Anda
2. Menjelaskan dan menggambarkan ulang diri Anda
3. Langkah dan Tips menata kembali kehidupan

Daftar Sekarang. Langsung klik  http://bit.ly/esetcoachjak

**


Label: , , , , , ,

Senin, 11 November 2019

THAT HAND

THAT HAND

Mau baca bagian lain dari Novel Sprint Master by dian nafi  juga?
Baca Bagian 1
Baca Bagian 2
Baca Bagian 3

Baca Bagian 4
Baca Bagian 5

"Waduh, gak bawa colokan yg ke proyektornya". Rizal nyelethuk teringat sesuatu, terhenti sejenak setelah tadi sibuk membenahi dan melanjutkan touch up pada aplikasinya.
"Lah terus gimana?" "Gak apa. Ntar kita pakai screenshoot aja." Kelihatan sekali kalau Rizal model santuy.

Satu kelebihan jika sdg berada dlm posisi panik. Tp kekurangan juga kalau dipandang dr seharusnya utk pitching mmg hrs sdh punya persiapan. Tp krn aku di situ cuma sbg pendatang, ya apalah aku, tdk bisa menetapkan standarku utk org yg bahkan kutebengi grupnya.


"Siapa ntar yg maju pitchingnya. Aku bantu show up in appsnya." Rizal mengedarkan pandang. "Aku gak bisa. Belepotan klo ngomong," Fidi angkat tangan. "Kalau di depan umum gitu, grogi aku," Rois geleng2. Lina mengacungkan telunjuk ke arahku. "cek dulu deh. Kyk gini gak?"




Kuarahkan layar ponselku ke Rizal. Tadi aku sempat bikin draft pitchimg sebagaimana arahan pemateri kedua. "Kita tambahin gini.." Rizal mendiktekan sesuatu, dan meski aku sebenarnya tdk begitu suka ids itu, tapi tetap kutambahkan


kita kasih tanda kurung ya biar gak ngundang pertanyaan lbh jauh," usulku. "ya boleh." Lagi asyik merapalkan beberapa paragraf pitching supaya nanti lancar pas di depan, kurasakan ada hawa sesuatu di belakangku. Ketika ujung mataku menangkap deretan jari yang manis mencengkram


.sandaran kursiku, seolah jantungku berhenti berdetak. Aku mengenal perpaduan jari runcing2, tangan berotot dan lengan kukuh ini. Perlahan kepalaku terangkat ke atas dan mata menangkap pemandangan indah itu. Sprint masterku tersenyum tipis seolah tahu kalau aku merindukannya.


Whoaaa. Ini kejutan. Akhirnya sprint masterku datang. Kupikir aku tak akan jumpa dengannya hari ini. Kalian tahu rasanya ingin memeluk seseorang tapi tertahan. Ketika aku tersenyum lebar menampakkan kebahagiaanku krn kehadirannya,sprint masterku melebarkan senyumnya dg tatapan


..seolah paham apa yg sdg kurasakan. Bangsat banget gak sih. Sebel. Tapi suka. Eaaaaa. Gak berkata apapun seperti kemarin2 banyak nanya pas ngecek2 kalau pas lewat meja tim kami, kali ini dia diam saja. Jd aku juga tdk minta dia cek draft Pitchingku barusan. Dia dtg aja,


..aku sdh senang. Ternyata sprint masterku ngisi sesi ketiga. Yeach, akhirnya aku bisa lihat lagi aksinya ngajar. Beberapa kali matanya bersirobok dg mataku di tengah2 dia menyampaikan materi. Dia tahu ya kayaknya kalau kusukai. Halagh biarin deh.


Sepanjang sesi itu kepalaku terus berandai2 yg indah. Seandainya kamu di sini. Seandainya urusan kita lancar. Seandainya kamu lbh sungguh2 berjuang. Seandainya kita gak jadi, apa mungkin sprintmaster bisa. Tp sayangnya dia tdk semapan kamu. Dan seandainya dia lbh tebal dikit


Lagi seru2nya mikir seandaimya2, eh ada satu slide foto dia dengan sapi. "jadi mertua saya..." Mertua? Hah? Mertua? Berarti sdh gak single lagi ya. Langsung lemes deh aku. Kalimat2 selanjutnya dari sprint master sdh tidak begitu terdengar. Nge blur. Ya udahlah mmg nasib.


Persis kyk adikku pernah bilang, cowok2 keren itu meskipun masih muda biasanya sudah laku. Kupikir dulu dia mengada-ada. Gak semua lah, sanggahku waktu itu. Tapi ternyata hari ini terbukti, aku menyaksikannya sendiri. Duh, lagi2 suami orang. Cukup dg kamu sajalah aku berurusan


Satu2nya Suami Org yg boleh sdkt mengacaukan hidupku. Jangan ada lagi suami2 orang lainnya. Ribet. Aku menangkap raut sprint masterku sedikit berubah. Mungkin antara lega sdh menyampaikan statusnya atau ada perasaan bersalah krn selama ini spt memberiku harapan dg senyum2nya?



**

MAU BACA DRAFT NOVEL LAINNYA?
Teman-teman bisa ikut membaca Man Behind The Microphone dan 27 bagiannya di sini

**
Mau ikut kelas nulis? Daftar ke bit.ly/hasfacamp

Label: , , , , , , , , , , , ,

Jumat, 08 November 2019

Mana Sprint Masterku

Mana Sprint Masterku

Tadinya kupikir cowok gempal yang ada di depan membuka sesi hacksprint pagi ini hanya memberi pengantar, lalu memanggil sprintmaster yg mirip kamu itu untuk maju ke depan memberi materi spt biasanya. Eh ternyata tidak. Dia terus bicara lebih tepatnya menggumam sih .menyampaikan materi hari ini. Duh, kirain hari ini sprint masterku yang bakal mengisi lagi.

Kepalaku menengok ke kanan kiri, depan belakang. Memutari seluruh ruangan besar di lantai tujuh universitas ini dengan mata nanar. Setidaknya kalaupun dia tidak ada di depan menjadi.. pemateri, keberadaannya di ruangan ini saja sudahlah cukup untuk memberikan energi hidup buatku. Tapi dia tidak ada.

Terdengar dengusan pendek dekat telingaku. Dengusanku sendiri. Kepalaku tertunduk layu. Apalagi dua rekan tim startup ku juga belum datang. Pdhl hari ini....waktunya presentasi dan Pitching. Sementara draft aplikasi, prototype dan mock up nya dia yang buat dan bawa. Makin lemas deh. Ditambah pemateri di depan ini sungguh membosankan dan tidak bisa mendeliver materi dg baik. Beda jauh dengan gaya penyampaian sprint masterku. Semakin membuatku mengagumi sprint master ganteng kharismatik yang mirip kamu itu. Eaaaa..


"Si Rizal lama sekali nih. Dia mau datang gak sih?" aku mulai gusar.
"Tenang, tenang. Dia on the way kok," tangan Rais memberi isyarat, menyuruhku kalem. Satu tangannya lagi mengacungkan hape ke arahku, tanda bahwa Rizal sudah memberitahu update posisinya via whatsapp.

"Oh, alhamdulillah. Palingan dia musti antar anaknya kelilingan dulu kali ya," tebakku ngasal.
Rais mengangguk-angguk sambil menyunggingkan senyum miringnya yang khas. Dia sebenarnya masih single alias jomblo, tapi mungkin karena sering berinteraksi dan bergaul dengan Rizal, jadi gayanya sudah kayak bapak-bapak muda gitu. Rais sebenarnya manis lho. Tapi karena ada sprint master yang kehadirannya bareng dengan perkenalan pertamaku dengan Rais, membuat pesona Rais jadi terhalang. Istilahnya keduluan. Eh by the way, aku sebenarnya sudah pernah ketemu sprint master sebelumnya dink. Waktu di coworking space kota lama, saat aku hadir di workshop yang diselenggarakan female tech atau girl developer squad gitu. Ketua panitianya memperkenalkan aku pada sprint master waktu aku tanya tanya masalah start up. Tapi saat itu aku belum sadar kalau sprint master mirip kamu, jadi belum terpesona. B aja gitu perasaannya. Baru setelah ketemu lagi di universitas saat dia menyampaikan materi start up dan menjadi sprint master untuk design sprint, barulah aku merasakan getar-getar simpati dan kekaguman. Eaaa. Ugh sayangnya hari ini dia tidak datang. Sebel banget gak sih.

Aku kembali berusaha keras memperhatikan lagi paparan cowok gempal brewokan di depan. Sambil membayangkan kalau materi ini disampaikan oleh sprint masterku yang kayak kamu itu. Hadeuh...malah makin tersiksa tho kalau mikir seandainya seandainya gini.

Baiklah, mari kita fokus.

"Haiii..."
Alhamdulillah Rizal, ketua tim akhirnya datang.

"Sorry, aku harus nganterin anakku muter-muter kampung dulu," Rizal mengambil posisi duduk di hadapanku.

"Aku tadi juga menduga begitu," nada suaraku tak bisa menutupi kegembiraanku karena akhirnya Rizal datang dan rencana pitching siang ini berarti lancar. Walaupun ternyata beberapa jam kemudian aku tahu tidak semudah itu.

Beberapa saat kemudian, Fidi juga datang. Kalau dia jelas tidak momong anak dulu karena masih jomblo. Mungkin melembur kerjaan coding, proyeknya sendiri atau kerjaan dari klien.

Eh, jangan-jangan sprint masterku juga lagi momong anaknya nih? Ah, tapi kan dia masih belum punya anak. Perawakannya kelihatan masih single gitu, masih jomblo.



Mau baca bagian lain dari Novel Sprint Master by dian nafi  juga?
Baca Bagian 1
Baca Bagian 2
Baca Bagian 3

Baca Bagian 4

Label: , , , , , , , ,

Kamis, 07 November 2019

Amunisi Luar Dalam

Amunisi Luar Dalam
Mau baca bagian lain dari Novel Sprint Master by dian nafi  juga?
Baca Bagian 1
Baca Bagian 2
Baca Bagian 3


Di kelas cerpen barusan, aku salah tingkah krn kok padha lihatin aku sambil senyum2 kenapa. Kuperbaiki sikap dudukku. Dari arah selatan ada yg senyum2 lagi sambil lihatin. Kuluruskan rokku. Pas dari arah utara ada yg senyum2 sambil nylethuk kacamatanya lucu. Aku baru sadar mrk memperhatikan kacamata yg kupermainkan di tangan. Kecil karena bisa ditekuk2 sampai tinggal seukuran lensa.

Seusai kelas cerpen, mrk tak beranjak dan terus mengajukan berbagai pertanyaan dan konsultasi. Now i know, ngobrol. adalah salah satu bagian menarik dan mungkin yg paling ditunggu sebagian peserta dlm sesi coaching. Krn mrk bisa talking about their spesific story n problem case

Sampai salah satu peserta (anak smp) terpancing dan menyampaikan sbnrnya dia ingin menulis peristiwa trauma yg dialaminya, tp merasa gak akan kuat menuangkannya. Pelupuk matanya merebak, & 17 org lain tercekat. Ya Allah, kelas menulis aja bisa seemosionil,gmn ntar Life Coaching

Kusampaikan,writing is healing. Menulis bs jd media menyembuhkan. Kuceritakan ada traumaku puluhan thn lalu, alhamdulillah sembuh stlh kutuangkan dlm novel. Teman2nya lgs mendukungnya. Ayo tulis, kamu bisa. Tulis aja utk dirimu sendiri, kataku, gak usah dikumpulkn klo itu rhsia

Jd mmg hrs siapkan amunisi mental, energi, spiritual, doa dst selain strategi utk siap dlm sesi life coaching ya. Wallahul musta'an. Laa haula wa laa quwwata illaa billahil aliyyil adzim. Hasbunallah wa ni'mal wakil ni'mal maulaa wa ni'mannashiir. Bismillah bismillah


Kemarin saat akhirnya aku upload flyer sosmed ke instagram tentang sesi coaching beberapa minggu lagi, guru nulis pertamaku komen mau daftar. Entah berapa kali dia pernah komen ke IG ataupun twitterku, tapi tidak pernah aku balas lagi sejak kesalahan yang dia lakukan pada salah satu teman yang kukenal via dunia maya juga. Tapi komen guru nulis pertamaku kemarin itu aku balas. Mungkin sebagai seorang coach, memang sudah seharusnya berdamai dengan apapun. Termasuk berdamai dengan perasaan memusuhi. Karena yang kita musuhi adalah kelakuannya. Dan setiap manusia yang pernah melakukan kesalahan, sebesar apapun, punya kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Apa kita mau mendahului dan melebihi Tuhan dalam menghakimi dan menghukum seseorang, sementara Dia saja Maha Pengampun.

Lalu seketika diriku flash back, menoleh ke belakang, ke masa dulu. Guru menulis pertamaku yang usainya sepuluh tahun lebih tua dariku, menjadi mentor dan coach-ku sepuluh tahun lalu. Maka jika hari ini aku menjadi mentor dan coach, berarti aku menjadi seperti dirinya di masa itu. Apakah aku sudah sebaik dirinya di kala itu. Mengeluarkan potensi terbaik untuk mendukung mentee dan coachee agar mampu mengoptimalkan talenta dan hidden power mereka. Itu yang menjadi PR ku kini.

Kebutuhan untuk tidak saja memiliki strategi terbaik namun juga harus sedia dengan energi melimpah demi tetap bisa utuh dan contentful, membuatku semakin sadar untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, berdoa sebanyak-banyaknya, tawakal se-pol polnya. Bismillah bismillah. Seperti seorang sprint master yang kudu full tank dengan amunisi luar dalam.

**
MAU BACA DRAFT NOVEL LAINNYA?
Teman-teman bisa ikut membaca Man Behind The Microphone dan 27 bagiannya di sini

Label: , , , , , , , , , , , , , , ,