Jumat, 12 Juni 2020

Perjuangan Hidup Penghafal Alquran




Perjuangan Hidup Penghafal Alquran

Istri dari mendiang adik sepupuku ini adalah salah satu perempuan yang kusinggung sedikit di postingan terdahulu.

Aku perhatikan sejak suamiku meninggal tiga belas tahun yang lalu, para perempuan yang simpatik dan perhatian padaku juga anak-anakku yang yatim, kok ya ndilalah terus nututi alias punya nasib yang sama denganku. Suaminya pun akhirnya meninggal dunia ketika usia mereka masih muda. 

Guru-guru anak-anakku. Beberapa tetangga juga saudara-saudaraku, baik yang jauh maupun dekat. Dan bahkan teman-temanku jaman sekolah atau kuliah dulu. Entahlah bagaimana cara menjelaskan fenomena yang kutemukan ini, apakah memang kebetulan atau justru Allah sesungguhnya sudah menyiapkan mereka untuk ujian tersebut dengan caraNya yang kadang tak bisa kita pahami. 


Nah, dia ini salah satu perempuan itu. Sangat perhatian dengan anak-anakku dan juga diriku. Tiap kali bertemu, tampak sekali keprihatinan dan  juga simpatinya. 

Tak kusangka kalau beberapa hari setelah kunjunganku sore itu  ke rumah mereka, suaminya (yang adalah sepupuku) meninggal dalam kecelakaan di jalan raya yang dulu pernah menjadi lokasi kecelakaan suamiku bersama-sama aku dan beberapa anggota keluarga besar kami. Saat itu suamiku selamat, tapi paklikku meninggal dunia. Beberapa tahun kemudian suamiku mengalami kecelakaan di jalan raya juga, tapi di Cikampek, kali ini dia tidak selamat.

Aku masih sangat ingat adegan saat aku main ke rumah mereka sore itu. Mereka baru saja kedatangan anggota baru, bayi  mungil cantik, aku mengantarkan kado yang terlambat karena saat dia melahirkan aku masih bertugas luar kota (aku lupa di mana saking seringnya bepergian) 

Kami duduk lesehan di lantai. Aku rebahan karena memang masih sangat capek dan mendengarkan almarhum sepupuku bercerita tentang banyak hal. termauk kesannya terhadap almarhum suamiku. Kekagumannya, respeknya, dan keinginannya bisa meniru sikap serta karakter almarhum suamiku. And than beberapa hari kemudian, dia beneran menyusul. innaa lillahi wa innaa ilaihi roojiuun. 

Istri mendiang sepupuku  usianya sama dengan saat aku kehilangan almarhum suamiku dulu. Tiga puluh satu tahun. masih sangat muda. dan yang lebih menyesakkan adalah anaknya lebih banyak daripada anakku. Aku punya dua yatim, dia sekaligus menanggung empat yatim. 


Sendirian dia mengasuh keempat anak-anaknya yang masih kecil. Sembari mengajar mengaji santri-santri nglajo yang datang ke rumahnya. Juga masih mengajar di TPQ Taman Pendidikan Alquran milik bulikku (mertuanya)

Beberapa tahun kemudian sebenarnya ada seorang kyai (duda mati) yang datang padanya melamar, dan dia juga simpatik. Kulihat pendar-pendar bunga asmara di matanya, seolah dia hidup lagi setelah kesedihan kehilangan suaminya. Namun beberapa hal menghalangi pernikahan tersebut. Tidak bisa kuceritakan panjang di sini karena mungkin sekali akan ada beberapa pihak yang tersinggung. 

Aku lihat kesedihan kembali mendera dirinya. wajahnya kusut lagi. Dia berjalan miring, tak tegak seperti yang sempat kusaksikan beberapa waktu lalu. I am so sad for her. 

Then, akhirnya dia masih sendirian hingga kini, kembali mengasuh anak-anaknya sekaligus harus mencari nafkah. Perjuangannya perlu mendapatkan penghargaan. Jadi menurutku dia layak diumrohkan karena sebagaimana yang pernah kusebut sebelumnya dalam beberapa tulisanku, perjalanan ibadah ke Mekkah Medinah ini bisa menyembuhkan. Aku mengalaminya sendiri. Penghiburan dari Allah yang membuat kita makin tegar dalam menghadapi hidup yang keras dan penuh dengan ujian. 



Label: , , , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda