Minggu, 10 Mei 2020

Mata Api

Mata Api


Putri Campa menahan napas, berusaha keras menyembunyikan rasa panas dalam hatinya. Sudah tak terhitung banyaknya nyinyiran dan cemooh yang dia dengar dari permaisuri, pendamping utama raja brawijaya V yang beberapa bulan ini menjadi suaminya juga.
Kalau saja Putri Campai tidak ingat tujuan utamanya berasa di sini, tentlah dia akan menyerang perempuan yang dilanda cemburu itu. Yang Putri Campa tak habis pikir, kenapa dari semua selir sang prabu, hanya dirinya lah yang terus menerus digempur. Kena berbagai tuduhan dan terutama tatapan mata apinya yang membakar.
Sembari menahan kalut dalam dadanya, Putri Campa mengemasi satu persatu barang miliknya. Sekarang dia tak lagi punya banyak pilihan. Sang prabu sudah memutuskan bahwa dia harus pergi dari istana Majapahit ini. Meskipun perutnya sudah makin membesar. Mungkin juga justru kehamilan inilah yang membuat permasisuri makin bernafsu menyingkirkannya. Walaupun kalau dipikir-pikir, kenapa harus Putri Campa yang pergi, sedangkan selir lain tidak. Kenapa bayi dalam kandungannya ini yang harus disingkirkan, padahal ada anak-nak lain juga dari sang Prabu keturunan seliri yang punya kedudukan sama dengannya dan sang calon jabang bayi. Apa karena calon jabang bayi ini bakal jadi anak ketiga belas bagi sang Prabu? Apa hubungan angka ketiga belas dengan pengusiran ini? Apakah dia dianggap akan membawa kesialan?
Putri Campa mengelus perutnya dan membisikkan kata-kata yang lembut serta bijak bagi bayi yang dikandungnya.
Anakku, calon anakku, yang sabar ya nak. Yang sabar akan menang. yang sabar disayang Tuhan.
Perempuan muda berkulit putih dan bermata sipit dengan bulu mata lentik itu menyenandungkan beberapa lagu buaian yang dia pernah dengar dari ibunya juga para kerabatnya, yang jauh di Champa. Tentu mereka mendapatkan lagu-lagu penuh harapan dan doa itu dari para leluhurnya . ataukah mereka menggubahnya sendiri?
Tak urung air matanya leleh juga. Rasa kerinduan menyeruak dalam dadanya. Berdesak-desakan dengan rasa teraniaya yang selama ini terus dipendamnya sendiri. Tak ada tempat dia mengadu, berkeluh kesah, apalagi meminta pendapat.
Sambil mengelap basah pipi dan dagunya, Putri Campa menata barang-barang berharga miliknya dalam tas anyaman rotan. Kain-kain pemberian ayah ibunya, beberapa perhiasan dan koin-koin emas yang selama ini dia simpan dengan baik di tempat-tempat tersembunyi.
Dengan penuh kehati-hatian, dia mulai memasukkan juga satu persatu piring porselen cantik yang dia bawa dari Champa. Piring-piring porselen putih berlukiskan stilisasi flora dan fauna. Jari jemarinya meraba tekstur yang menonjol dari kuasan cat biru muda gradasi ke tua di permukaan piring porselen favoritnya. Stilisasi burung hong. burung phoenix. Dia pernah mendengar cerita dan dongeng tentang burung hong atau phoenix ini. Konon katanya meski sudah mati terbakar, burung hong dan phoenix bisa kembali hidup.
Dia ingin seperti burung hong. Dia ingin seperti burung phoenix. Meski dia dimatikan keberadaannya saat ini, meski dia dibunuh, dibakar, ditiadakan, dibuang, diusir, diungsikan, dicampakkan, dia masih akan hidup terus. Hidup lagi.
Meski sekarang dia harus pergi ke suatu tempat yang jauh bahkan menyeberangi lautan, sempat dia dengar namanya bumi Sriwijaya, dia berharap suatu saat dia akan kembali ke sini. Dia berharap akan bisa pulang.

Label: , , , , , , , , , ,

Bagaimana perasaanmu jika menjadi Putri Campa?

Bagaimana perasaanmu jika menjadi Putri Campa?

Seorang selir Brawijaya V, Raja Majapahit terakhir, yang harus diungsikan ke Palembang karena sang permaisuri cemburu berat padanya.
Maka dalam keadaan hamil, Putri Campa menyeberangi lautan menuju Bumi Sriwijaya. Beliau dipasrahkan kepada Aryo Damar, putra Brawijaya V dengan seorang perempuan Bali. Alhamdulillah aku berkesempatan menziarahi makamnya di Palembang, juga mengunjungi tempat-tempat di mana dulu Putri Campa tinggal dan melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Jin Bun alias Hasan (kelak kemudian dijuluki Raden Fatah)

Karena itulah Palembang dan Demak memiliki keterikatan yang sangat erat. Saat berziarah ke kawasan makam Ki Gede Ing Suro Palembang, kutemukan stempel Jipan lambang simbol kerajaan Demak ada di salah satu dinding bata pembatas area yang di dalamnya terdapat sembilan makam pemuka dari Demak. Piring-piring keramik Cina yang menempel di dinding-dinding kayu salah satu rumah limas Palembang, mengingatkanku pada piring-piring serupa yang menempel di dinding-dinding masjid Agung Demak.
Ukiran burung Hong atau Phoenix di daun pintunya seketika membawa ingatanku pada hiasan burung hong di beberapa piring putri Campa di Masjid Agung Demak. Juga gentong-gentong Cina di beberapa sudut rumah limas Palembang, mengantarkan memoriku pada gentong-gentong Cina di kawasan makam Masjid Agung Demak.

Sebuah telaga tirta yang dulu menjadi tempat pemandian Putri Campa juga menjadi salah satu destinasi di Palembang. Tidak kujumpai pemandian serupa di Demak, karena memang tidak banyak artefak peninggalan sejarah kerajaan Demak yang masih tersisa kecuali Masjid Agung Demak itu. Di manakah Putri Campa waktu itu tinggal? Masih kucari bayangannya dalam imajinasiku dan mimpi-mimpiku.

Kalau di Palembang, bisa jadi dia menjadi bagian dari para perempuan yang dulu duduk di beranda rumah limas yang berpagar tenggalun. Di mana dia bisa melihat pemandangan dan aktifitas di luar rumah, namun orang luar tidak bisa melihatnya karena terhalang pagar tenggalun serupa jeruji-jeruji ini. Bentuknya mirip juga yang ada di rumah adat Joglo Kudus.

Kubayangkan Putri Campa membawa koleksi piring-piring keramik dan guci-gucinya itu dari Palembang menuju ke Demak, saat akhirnya sang putra saat remaja pergi ke Jawa menemui ayahnya dan mendapat tanah Pardikan Bintoro Glagah Wangi. Keteguhan, kehebatan dan doa Putri Campa tentu saja menjadi salah satu penopang bagi kesuksesan sang putra menjadi pemimpin Kerajaan Islam pertama di Jawa.

Ada enam puluh lima buah piring Putri Campa. Warna dasarnya putih dengan ornamen biru yang dilukis dengan sangat cantik. Semakin dekat kita memperhatikan detailnya, akan makin terasa keindahannya. Piring-piring ini ditempelkan pada dinding-dinding masjid Agung Demak yang berbatasan dengan serambi. Letaknya dekat dengan pintu-pintu masuk ruangan dalam masjid. Jadi ada di sisi utara, selatan juga dekat dengan pintu utama, lawang bledheg yang posisinya di tengah.

Gentong-gentong Putri Campa berwarna coklat kehitaman. Saat ini sudah tidak utuh pada bagian atasnya alias grumpil. Tidak tampak ada warna atau ornamen lain yang menghiasi permukaan gentong ini. Meskipun begitu sungguh tak terhitung nilainya karena merupakan peninggalan masa Dinasti Ming Abad ke XIV. Beberapa gentong saat ini disimpan di museum Masjid Agung Demak, dan ada juga yang diletakkan dekat kawasan makam Raden Fatah. Sebagian masyarakat meyakini meminum air dari dalam gentong ini membuat awet muda, panjang umur, terkabul doanya dan lain sebagainya.
Bagaimana rasanya sejarah tentang dirimu disalah pahami oleh orang orang dengan sedemikian rupa. 
Kenapa ada yang menyebutmu sebagai putri campa, padahal ada putri campa lainnya yang menjadi permaisuri brawijaya v dan justru membuatmu terdepak dari kerajaan majapahit karena kecemburuannya yang sudah tak bisa tertahan lagi.

Memgapa dari semua selir raja brawijaya v, hanya putri cina atau sebut juga sebagai putri campa selir ini dicemburui putri campa permaisuri? Kenapa bukan selir selir yang lainnya?
Apakah karena mereka sama sama berasal dari campa? Champa? Etnis champ yang terkenal kehebatannya dalam berdagang dan memiliki darah pejuang. Punya watak keras yang gigih memperjuangkan impian dan cita cita mereka, bahkan sampai menyeberang samudra dan melanglang buana.

Ataukah karena putri campa selir begitu dicintai, digandrungi oleh raja brawijaya v sehingga putri campa permaisuri merasa terancam. Feeling insecure.

Atau karena putri campa selir mengandung bayi ketiga belas raja brawijaya v. Dan kini memasuki usia kehamilan tiga bulan, sedangkan putri campa permaisuri bahkan belum hamil meski sudah menikah dengan raja brawijaya v selama bertahun tahun.
Mana sesungguhnya penyebab yang paling bemar dan alasan yang paling tepat.
Ataukah semua akumulasi alasan dan sebab itu justru yang membuat putri campa permaisuri tak punya lagi alasan untuk tidak menyingkirkan putri campa selir.

Bagaimana rasanya menjadi seorang Putri Campa yang pernah dicampakkan namun kemudian memetik buah dari kesabarannya? Menjadi bagian dari bi’ah, lingkungan yang bukan saja relijius spiritual saat itu, namun tetap memiliki pride kebanggaan atas identitas diri yang tak lepas dari asal muasalnya, seorang keturunan Campa, Cina.

Label: , , , , , , , , , ,

Selasa, 19 November 2019

So Close

SO CLOSE
Mau baca bagian lain dari Novel Sprint Master by dian nafi  juga?
Baca Bagian 1
Baca Bagian 2
Baca Bagian 3

Baca Bagian 4
Baca Bagian 5
Baca Bagian 6


Utk kedua kalinya di hari ini #sprintmaster menghampiri tim kami. Kali ini dia duduk lbh dekat, hanya satu lengan jaraknya dgku. Meski aku sdh berusaha keras menyembunyikan rasa senangku, tp tetap saja degup itu muncul begitu saja. Tiap kali mukanya menoleh ke arahku...
..tak bisa lagi aku menghindar dr bola mata legamnya yg memancarkan entah apa. Desir menderu, namun aku bisa menahan diri. Syukurlah tak kusandarkan kepalaku di bahunya hanya krn merasa dia mirip kamu. Mungkin krn tertangkap olehku bbrp bercak putih di pipinya,yg tak kamu miliki

Mungkin bekas terbakar atau sakit kulit. Dan lagi pipinya terlalu tirus shg tulang pipinya agak menonjol. Yang kuingat kamu lbh berisi, dan karenanya terlihat lbh segar. Berkali2 kami bersirobok pandang, dan bisa kulihat hangat wajahnya yg sesekali merunduk malu spt seorg gadis

hmm..apalagi yg mau dikonsultasikan. Utk kedua kalinya dlm sesi duduk mentoring one on one kali ini dia bertanya. Seolah dia tdk mau pergi dr tempatnya duduk skrg. Aku sampai memikir otak utk mencari pertanyaan demi menanggapi tawarannya. Sampai host event memanggil namanya utk....sgera beralih ke meja tim lain krn dia dibutuhkan di sana.
Lihatin prototype-nya utk aku cek ui ux nya. Salah seorg dari tim kami buru2 hendak mulai menuliskan link-nya, tp buru2 sprint master menyuruhnya berhenti. Ntar biar Di kirim ke wa-ku, katanya sambil menoleh ke arahku.

Dg santainya dia pergi ke tim lain dan membuat rekan2 tim-ku menoleh ke arahku dg tatapan yg tak bisa kuterjemahkan dg baik. Hadeuh.. Buru2 aku ambil ponsel, buka wa, cari namanya, dan meminta mrk mendiktekan link-nya. Kutulis dan pijit send. Tanpa pengantar, tanpa caption.



##

Pagi tadi Sprintmaster dtg2 langsung ke tim kami. That's called magnet?
#bootcamp
##


Final pitching serem banget. Juri tamunya galak, sprint master ikutan galak euy.
Tapi beberapa kali dia juga ngelawak euy di tengah-tengah penjurian.

##

Menutup hari kedua bootcamp
Kalau mau lanjutin, tdk perlu nunggu fase selanjutnya. Lolos gak lolos ke inkubasi, tetep lanjut. Wohooo, closing statement dr #sprintmaster menyemangati semua biar gak baper kalau gak lolos He3.



Label: , , , ,

Senin, 11 November 2019

THAT HAND

THAT HAND

Mau baca bagian lain dari Novel Sprint Master by dian nafi  juga?
Baca Bagian 1
Baca Bagian 2
Baca Bagian 3

Baca Bagian 4
Baca Bagian 5

"Waduh, gak bawa colokan yg ke proyektornya". Rizal nyelethuk teringat sesuatu, terhenti sejenak setelah tadi sibuk membenahi dan melanjutkan touch up pada aplikasinya.
"Lah terus gimana?" "Gak apa. Ntar kita pakai screenshoot aja." Kelihatan sekali kalau Rizal model santuy.

Satu kelebihan jika sdg berada dlm posisi panik. Tp kekurangan juga kalau dipandang dr seharusnya utk pitching mmg hrs sdh punya persiapan. Tp krn aku di situ cuma sbg pendatang, ya apalah aku, tdk bisa menetapkan standarku utk org yg bahkan kutebengi grupnya.


"Siapa ntar yg maju pitchingnya. Aku bantu show up in appsnya." Rizal mengedarkan pandang. "Aku gak bisa. Belepotan klo ngomong," Fidi angkat tangan. "Kalau di depan umum gitu, grogi aku," Rois geleng2. Lina mengacungkan telunjuk ke arahku. "cek dulu deh. Kyk gini gak?"




Kuarahkan layar ponselku ke Rizal. Tadi aku sempat bikin draft pitchimg sebagaimana arahan pemateri kedua. "Kita tambahin gini.." Rizal mendiktekan sesuatu, dan meski aku sebenarnya tdk begitu suka ids itu, tapi tetap kutambahkan


kita kasih tanda kurung ya biar gak ngundang pertanyaan lbh jauh," usulku. "ya boleh." Lagi asyik merapalkan beberapa paragraf pitching supaya nanti lancar pas di depan, kurasakan ada hawa sesuatu di belakangku. Ketika ujung mataku menangkap deretan jari yang manis mencengkram


.sandaran kursiku, seolah jantungku berhenti berdetak. Aku mengenal perpaduan jari runcing2, tangan berotot dan lengan kukuh ini. Perlahan kepalaku terangkat ke atas dan mata menangkap pemandangan indah itu. Sprint masterku tersenyum tipis seolah tahu kalau aku merindukannya.


Whoaaa. Ini kejutan. Akhirnya sprint masterku datang. Kupikir aku tak akan jumpa dengannya hari ini. Kalian tahu rasanya ingin memeluk seseorang tapi tertahan. Ketika aku tersenyum lebar menampakkan kebahagiaanku krn kehadirannya,sprint masterku melebarkan senyumnya dg tatapan


..seolah paham apa yg sdg kurasakan. Bangsat banget gak sih. Sebel. Tapi suka. Eaaaaa. Gak berkata apapun seperti kemarin2 banyak nanya pas ngecek2 kalau pas lewat meja tim kami, kali ini dia diam saja. Jd aku juga tdk minta dia cek draft Pitchingku barusan. Dia dtg aja,


..aku sdh senang. Ternyata sprint masterku ngisi sesi ketiga. Yeach, akhirnya aku bisa lihat lagi aksinya ngajar. Beberapa kali matanya bersirobok dg mataku di tengah2 dia menyampaikan materi. Dia tahu ya kayaknya kalau kusukai. Halagh biarin deh.


Sepanjang sesi itu kepalaku terus berandai2 yg indah. Seandainya kamu di sini. Seandainya urusan kita lancar. Seandainya kamu lbh sungguh2 berjuang. Seandainya kita gak jadi, apa mungkin sprintmaster bisa. Tp sayangnya dia tdk semapan kamu. Dan seandainya dia lbh tebal dikit


Lagi seru2nya mikir seandaimya2, eh ada satu slide foto dia dengan sapi. "jadi mertua saya..." Mertua? Hah? Mertua? Berarti sdh gak single lagi ya. Langsung lemes deh aku. Kalimat2 selanjutnya dari sprint master sdh tidak begitu terdengar. Nge blur. Ya udahlah mmg nasib.


Persis kyk adikku pernah bilang, cowok2 keren itu meskipun masih muda biasanya sudah laku. Kupikir dulu dia mengada-ada. Gak semua lah, sanggahku waktu itu. Tapi ternyata hari ini terbukti, aku menyaksikannya sendiri. Duh, lagi2 suami orang. Cukup dg kamu sajalah aku berurusan


Satu2nya Suami Org yg boleh sdkt mengacaukan hidupku. Jangan ada lagi suami2 orang lainnya. Ribet. Aku menangkap raut sprint masterku sedikit berubah. Mungkin antara lega sdh menyampaikan statusnya atau ada perasaan bersalah krn selama ini spt memberiku harapan dg senyum2nya?



**

MAU BACA DRAFT NOVEL LAINNYA?
Teman-teman bisa ikut membaca Man Behind The Microphone dan 27 bagiannya di sini

**
Mau ikut kelas nulis? Daftar ke bit.ly/hasfacamp

Label: , , , , , , , , , , , ,

Jumat, 08 November 2019

Mana Sprint Masterku

Mana Sprint Masterku

Tadinya kupikir cowok gempal yang ada di depan membuka sesi hacksprint pagi ini hanya memberi pengantar, lalu memanggil sprintmaster yg mirip kamu itu untuk maju ke depan memberi materi spt biasanya. Eh ternyata tidak. Dia terus bicara lebih tepatnya menggumam sih .menyampaikan materi hari ini. Duh, kirain hari ini sprint masterku yang bakal mengisi lagi.

Kepalaku menengok ke kanan kiri, depan belakang. Memutari seluruh ruangan besar di lantai tujuh universitas ini dengan mata nanar. Setidaknya kalaupun dia tidak ada di depan menjadi.. pemateri, keberadaannya di ruangan ini saja sudahlah cukup untuk memberikan energi hidup buatku. Tapi dia tidak ada.

Terdengar dengusan pendek dekat telingaku. Dengusanku sendiri. Kepalaku tertunduk layu. Apalagi dua rekan tim startup ku juga belum datang. Pdhl hari ini....waktunya presentasi dan Pitching. Sementara draft aplikasi, prototype dan mock up nya dia yang buat dan bawa. Makin lemas deh. Ditambah pemateri di depan ini sungguh membosankan dan tidak bisa mendeliver materi dg baik. Beda jauh dengan gaya penyampaian sprint masterku. Semakin membuatku mengagumi sprint master ganteng kharismatik yang mirip kamu itu. Eaaaa..


"Si Rizal lama sekali nih. Dia mau datang gak sih?" aku mulai gusar.
"Tenang, tenang. Dia on the way kok," tangan Rais memberi isyarat, menyuruhku kalem. Satu tangannya lagi mengacungkan hape ke arahku, tanda bahwa Rizal sudah memberitahu update posisinya via whatsapp.

"Oh, alhamdulillah. Palingan dia musti antar anaknya kelilingan dulu kali ya," tebakku ngasal.
Rais mengangguk-angguk sambil menyunggingkan senyum miringnya yang khas. Dia sebenarnya masih single alias jomblo, tapi mungkin karena sering berinteraksi dan bergaul dengan Rizal, jadi gayanya sudah kayak bapak-bapak muda gitu. Rais sebenarnya manis lho. Tapi karena ada sprint master yang kehadirannya bareng dengan perkenalan pertamaku dengan Rais, membuat pesona Rais jadi terhalang. Istilahnya keduluan. Eh by the way, aku sebenarnya sudah pernah ketemu sprint master sebelumnya dink. Waktu di coworking space kota lama, saat aku hadir di workshop yang diselenggarakan female tech atau girl developer squad gitu. Ketua panitianya memperkenalkan aku pada sprint master waktu aku tanya tanya masalah start up. Tapi saat itu aku belum sadar kalau sprint master mirip kamu, jadi belum terpesona. B aja gitu perasaannya. Baru setelah ketemu lagi di universitas saat dia menyampaikan materi start up dan menjadi sprint master untuk design sprint, barulah aku merasakan getar-getar simpati dan kekaguman. Eaaa. Ugh sayangnya hari ini dia tidak datang. Sebel banget gak sih.

Aku kembali berusaha keras memperhatikan lagi paparan cowok gempal brewokan di depan. Sambil membayangkan kalau materi ini disampaikan oleh sprint masterku yang kayak kamu itu. Hadeuh...malah makin tersiksa tho kalau mikir seandainya seandainya gini.

Baiklah, mari kita fokus.

"Haiii..."
Alhamdulillah Rizal, ketua tim akhirnya datang.

"Sorry, aku harus nganterin anakku muter-muter kampung dulu," Rizal mengambil posisi duduk di hadapanku.

"Aku tadi juga menduga begitu," nada suaraku tak bisa menutupi kegembiraanku karena akhirnya Rizal datang dan rencana pitching siang ini berarti lancar. Walaupun ternyata beberapa jam kemudian aku tahu tidak semudah itu.

Beberapa saat kemudian, Fidi juga datang. Kalau dia jelas tidak momong anak dulu karena masih jomblo. Mungkin melembur kerjaan coding, proyeknya sendiri atau kerjaan dari klien.

Eh, jangan-jangan sprint masterku juga lagi momong anaknya nih? Ah, tapi kan dia masih belum punya anak. Perawakannya kelihatan masih single gitu, masih jomblo.



Mau baca bagian lain dari Novel Sprint Master by dian nafi  juga?
Baca Bagian 1
Baca Bagian 2
Baca Bagian 3

Baca Bagian 4

Label: , , , , , , , ,

Kamis, 07 November 2019

Amunisi Luar Dalam

Amunisi Luar Dalam
Mau baca bagian lain dari Novel Sprint Master by dian nafi  juga?
Baca Bagian 1
Baca Bagian 2
Baca Bagian 3


Di kelas cerpen barusan, aku salah tingkah krn kok padha lihatin aku sambil senyum2 kenapa. Kuperbaiki sikap dudukku. Dari arah selatan ada yg senyum2 lagi sambil lihatin. Kuluruskan rokku. Pas dari arah utara ada yg senyum2 sambil nylethuk kacamatanya lucu. Aku baru sadar mrk memperhatikan kacamata yg kupermainkan di tangan. Kecil karena bisa ditekuk2 sampai tinggal seukuran lensa.

Seusai kelas cerpen, mrk tak beranjak dan terus mengajukan berbagai pertanyaan dan konsultasi. Now i know, ngobrol. adalah salah satu bagian menarik dan mungkin yg paling ditunggu sebagian peserta dlm sesi coaching. Krn mrk bisa talking about their spesific story n problem case

Sampai salah satu peserta (anak smp) terpancing dan menyampaikan sbnrnya dia ingin menulis peristiwa trauma yg dialaminya, tp merasa gak akan kuat menuangkannya. Pelupuk matanya merebak, & 17 org lain tercekat. Ya Allah, kelas menulis aja bisa seemosionil,gmn ntar Life Coaching

Kusampaikan,writing is healing. Menulis bs jd media menyembuhkan. Kuceritakan ada traumaku puluhan thn lalu, alhamdulillah sembuh stlh kutuangkan dlm novel. Teman2nya lgs mendukungnya. Ayo tulis, kamu bisa. Tulis aja utk dirimu sendiri, kataku, gak usah dikumpulkn klo itu rhsia

Jd mmg hrs siapkan amunisi mental, energi, spiritual, doa dst selain strategi utk siap dlm sesi life coaching ya. Wallahul musta'an. Laa haula wa laa quwwata illaa billahil aliyyil adzim. Hasbunallah wa ni'mal wakil ni'mal maulaa wa ni'mannashiir. Bismillah bismillah


Kemarin saat akhirnya aku upload flyer sosmed ke instagram tentang sesi coaching beberapa minggu lagi, guru nulis pertamaku komen mau daftar. Entah berapa kali dia pernah komen ke IG ataupun twitterku, tapi tidak pernah aku balas lagi sejak kesalahan yang dia lakukan pada salah satu teman yang kukenal via dunia maya juga. Tapi komen guru nulis pertamaku kemarin itu aku balas. Mungkin sebagai seorang coach, memang sudah seharusnya berdamai dengan apapun. Termasuk berdamai dengan perasaan memusuhi. Karena yang kita musuhi adalah kelakuannya. Dan setiap manusia yang pernah melakukan kesalahan, sebesar apapun, punya kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Apa kita mau mendahului dan melebihi Tuhan dalam menghakimi dan menghukum seseorang, sementara Dia saja Maha Pengampun.

Lalu seketika diriku flash back, menoleh ke belakang, ke masa dulu. Guru menulis pertamaku yang usainya sepuluh tahun lebih tua dariku, menjadi mentor dan coach-ku sepuluh tahun lalu. Maka jika hari ini aku menjadi mentor dan coach, berarti aku menjadi seperti dirinya di masa itu. Apakah aku sudah sebaik dirinya di kala itu. Mengeluarkan potensi terbaik untuk mendukung mentee dan coachee agar mampu mengoptimalkan talenta dan hidden power mereka. Itu yang menjadi PR ku kini.

Kebutuhan untuk tidak saja memiliki strategi terbaik namun juga harus sedia dengan energi melimpah demi tetap bisa utuh dan contentful, membuatku semakin sadar untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, berdoa sebanyak-banyaknya, tawakal se-pol polnya. Bismillah bismillah. Seperti seorang sprint master yang kudu full tank dengan amunisi luar dalam.

**
MAU BACA DRAFT NOVEL LAINNYA?
Teman-teman bisa ikut membaca Man Behind The Microphone dan 27 bagiannya di sini

Label: , , , , , , , , , , , , , , ,

Selasa, 05 November 2019

Dua yang Tiga (Novel Sprint Master)

Dua yang Tiga (Novel Sprint Master)



Ini sebenarnya bagian ketiga dari Novel Sprint Master, tapi isinya kok banyak mengandung kata Dua. Gitu sih asal muasal judul postingannya :D

Masih harus terus lanjut mencicil (#eaaaa istilahnya boook :D) draft novel Sprint Master ya. Meski ada juga menyelip materi dan insight-insight lain sedikit. Tetap kami akomodir, nanti saat revisi dan re-write tinggal ditata lagi dan disrempet-srempetin lah biar nyambung :p

Mau baca bagian lain dari Novel Sprint Master juga?
Baca Bagian 1
Baca Bagian 2



**
Mnrtmu, apa yg menggerakkanku ke tempat itu. Dua kali dlm kurun yg berbeda, utk hanya bisa melihat dari kejauhan org yg sama.. Yg bahkan dlm mimpi, dia dan istrinya menolak kehadiranku. dan dia bahkan dua kali mematahkan harapanku krn kayaknya cuma php saat dimintai sponsor dan bahkan mengacuhkanku saat aku minta surat referensi. cuma surat lho, tapi aku dicuekin juga. sedih nggak sih.

(Tentang mimpi itu, mungkin aku harus menuliskannya secara khusus di postingan atau tempat lain. Intinya waktu itu memang semesta menarikku untuk mendekat dan melihat ada kemungkinan-kemungkinan, namun semesta pula yang memberikan alarm padaku untuk stop, berhenti sebelum memulai bahkan menjauh perlahan-lahan. Karena dalam beberapa kali mimpiku itu, seolah-olah aku datang ke base camp mereka sebagaimana banyak orang lain yang datang untuk menerima berbagai fasilitas dan kebaikan keluarga besar serta perusahaan mereka yang memang jiwa sosialnya tinggi. Namun dalam mimpi-mimpiku itu juga aku seolah bisa merasakan penolakan dari pasangan beliau agar aku tidak berjalan melebihi dari sebatas rekanan, kolega, teman, sahabat, keluarga. I can feel it. Very strong. JAdi meski isyaratnya hanya dalam mimpi, aku tahu diri dan memagari diriku sedemikian rupa sehingga berlaku sebagaimana seharusnya aku. Jaga jarak)

Kalau saja aku mendekat, apakah dia akan senang atau biasa aja atau kikuk? Krn dia pernah kikuk, dulu. Dua kali Pertama saat dia undang aku ngisi pelatihan di tempatnya. Kedua saat aku hadir ketika dia bikin pelatihan di kota sebelah kotaku. Aslinya aku selalu hadir tiap dia dtg n py gawe


Hanya dua kali yg terakhir ini sajalah yg aku datang tapi tak berani mendekat dan menyapa. Dan kusadari penyebabnya adlh pak bos terlihat makin rapi, stylish, modis dan mboys. Sementara aku makin tua, buluk dan serampangan cara berpakaiannya. Jauh jaraknya seperti bumi langit


Kenapa aku selalu keroyo royo untuk datang jauh jauh dari kota kecilku ke kota sebelah tempatnya berkegiatan, mungkin krn rasa berterimakasihku sebab dia salah satu guru nulisku yg dg sabar menunjukkan kesalahanku ber EYD. dan dg caranya dia memlethikkan ide di kepalaku,dan entah bgm serta dg mantra apa, dia sanggup membuatku mengeluarkan kemampuan terbaikku dalam menulis, mengeksekusi dan mengembangkan ide. Kurasa tingkat spiritual dan humanis juga leadershipnya yg tinggi itulah yang membuatnya sukses mengentaskan byk org, ngemong dan menyukseskan orang lain.


Oh ya, satu lagi, selain merasa berhutang budi pada beliau, kurasa aku juga masih merasa berhutang materi, sebab pernah menerima dua juta rupiah sebagai down payment novelku yang sudah kusetorkan draft nya waktu itu. Padahal tidak jadi terbit, tapi uangnya sudah masuk kantongku. He he he. Anggap saja itu sebagai uang sponsor yang sempat aku minta ya pak, tapi bapak urung memberikan. So, aku nggak perlu merasa berhutang lagi kan ya.


However, hutang budi itu sebenarnya jauuh lebih besar nilainya dari hutang material.


Aku rasa pak bos adalah bentuk lain dari sprint master juga. Kalau yang aku tulis dalam novel Sprint Master ini adalah sprint master dalam start up, pak Bos ini bahkan merupakan sprint master dalam kehidupan. Dua. Batiniah dan lahiriah. Duniawi dan ukhrowi. Dia tidak cuma mengajarkan tapi juga mencontohkan.





**
MAU BACA DRAFT NOVEL LAINNYA?
Teman-teman bisa ikut membaca Man Behind The Microphone dan 27 bagiannya di sini

Label: , , , , , , , , , , , , , ,